Jumat, 15 April 2011

setelah menonton film"?"

malam ini saya dan sapidudunk baru saja nonton film "?" yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo.

Sutradara yang sudah membuat beberapa film yang baik bahkan kadang ada kabar yang berbau tidak sedap tentangnya.

film itu mengingatkan sanya kisah yang terjadi beberapa waktu lalu.

ada seorang anak yang tinggal di lingkungan mayoritas.
meskipun demikian sang anak bersekolah di sekolah kaum minoritas.
sang anak tidak mengerti kenapa dia sekolah di situ.
yang ia tahun kedua kakaknya juga bersekolah di sekolah itu.
sering ia dengar, ibunya menjawab pertanyaan orang," karena pendidikannya sepertinya paling baik di kota ini, bu."

anak itu pun menjalani hidup masa kanak-kanaknya dengan sangat terasing.
pernah suatu saat ketika bermain bersama, tiba2 semua temannya berhenti bermain seketika dengan alasan tidak mau bermain dengan kafir.

pernah juga suatu saat, anak itu mendadak ditampar oleh tetangga saat melewati jalan pintas dari sekolah ke arah rumahnya.

dan orang - orang tersebut mengaji bareng setiap selasa dan kamis setelah maghrib dengan sang anak.

anak tersebut terus mengalami kejadian tidak mengenakkan sehingga pada suatu saat dia memutuskan untuk tidak ngaji bareng di pengajian dekat rumah itu. dia juga tidak tahu arti dari madi wajib sampai pelajaran agama di tingkat SMP.

anak itu pun beranjak dewasa dengan perubahan ilmu agam yang didapatnya di sekolah negeri,
terlalu ekstrim mungkin.
jenggotnya tidak dipotong.
celananya sempat diatas lutut.
sempat!.

tapi dia akhirnya pun ingat bahwa dulu ia penah bermain bersama dengan temannya selepas temannya pulang dari gereja.
ia pun mempunyai saudara lain agama.
gereja, wihara sampai pura.

"untukmu agamamu, untukku agamaku."

semua orang dapat berkomentar apapun, tapi anak itu saya.
dan saya mengalaminya sendiri

Jumat, 08 April 2011

Utara (for my lovely cow)

Utara
hari ini saya menulis lagi.
menulis tentang ikatan suci yang hampir setengah masa edar bumi.

ikatan itu terkadang mengendur juga terkadang lecet.
oleh emosi, oleh cemburu.

namun seperti janji kita dulu di depan singgasana suci Tuhan,
Tuhan yang diwakili oleh bapak berpeci dari KUA itu.

kita akan berusaha untuk membina hubungan ini dengan niat untuk menyempurnakan separuh agama.

separuh agamaku, separuh agamamu.

Utara,
mata angin mulia, mengapa tidak dari arahmu mentari terbit atau tenggelam.
di setiap Peta, arahmu adalah utama.

istriku, bila nanti kau merasa bosan atau lelah mencintaiku. ingatlah selama mata kompas masih menunjukkan Utara sebagai keutamaan, maka tersenyumlah